Dalam rangka memperingati 76 tahun kemerdekaan RI, Pertamina memberikan kado “Merdeka Energi” dengan merealisasikan pembangunan 40 titik BBM Satu Harga sehingga menambah total capaian BBM Satu Harga menjadi 284 titik se-Indonesia sejak tahun 2017.
BBM Satu Harga merupakan Penugasan Pemerintah yang dimandatkan kepada Pertamina untuk menjamin ketersediaan energi terutama BBM di wilayah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Sebelumnya, wilayah 3T belum dapat menikmati akses energi sama seperti di wilayah lainnya dikarenakan lokasi dengan akses yang sulit.
Sejak tahun 2017, Pertamina Regional Sulawesi telah merealisasikan 26 titik BBM satu harga dan akan terus bertambah guna menghadirkan kemerdekaan energi bagi masyarakat bumi celebes ini. Di 26 titik BBM Satu Harga di Sulawesi ini, BBM yang dijual adalah Premium seharga Rp 6.450/liter dan Solar seharga Rp 5.150/liter.
Executive GM Pertamina Commercial & Trading Regional Sulawesi Rama Suhut Sinaga mengatakan Pertamina terus berkomitmen menghadirkan energi berkeadilan sesuai dengan amanat UU No. 30 tahun 2007 mengenai energi di mana Pertamina terus mendorong availability, accessibility, acceptability dan affordability. Sesulit apapun medannya, Pertamina terus berkolaborasi dengan Pemerintah setempat dan stakeholder terkait guna mewujudkan itu.
“Pertamina melaksanakan penugasan Pemerintah menjamin ketersediaan energi hingga ke pelosok tersulit, agar semua dapat menikmati kemerdekaan energi,” ujarnya mengutip siaran tertulisnya, Rabu (18/8/2021).
BBM Satu Harga, kini telah dinikmati masyarakat di Pulau Miangas, Sulawesi Utara. Pulau paling ujung ini menjadi tapal batas utara Indonesia yang berbatasan laut dengan negara Filipina dengan jarak terdekat adalah Davao City 45 mil laut.
Pulau yang memiliki luas 3,15 km2 dengan jumlah populasi menurut sensus 2020 adalah 678 jiwa ini kini merdeka energi setelah hadir BBM Satu Harga. Harga BBM di pulau ini sebelumnya mencapai Rp 12.000 hingga Rp 15.000 sangat tergantung dengan kondisi cuaca, kini bisa mengakses BBM dengan harga yang sama.
Pertamina hadir dengan program BBM Satu Harga yang beroperasi sejak Juli 2018 dengan konsumsi rata-rata per bulan mencapai 2 KL untuk Premium dan 4 KL untuk Biosolar. BBM disuplai dari Terminal BBM Bitung sejauh 274 mil laut menggunakan Kapal Tanker Multi Produk kapasitas 2.000 KL yang menempuh durasi perjalanan 8 hari saat cuaca normal dan 13 hari saat cuaca buruk. Dengan konsumsi tersebut distribusi BBM dilakukan 2 bulan sekali.
Hal yang sama dirasakan masyarakat di Teluk Tomini yang telah merdeka energi setelah Pertamina membangun BBM Satu Harga di Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una, sebuah kabupaten kepulauan yang terletak di tengah-tengah teluk Tomini.
Nelayan di wilayah ini, sebelumnya kesulitan BBM, kini bisa bebas melaut di teluk Tomini dan tidak kesulitan lagi mendapatkan BBM. BBM Satu Harga juga telah mendukung sektor pariwisata yang menjadi unggulan wilayah ini.
Distribusi BBM dilakukan dengan kapal tanker SPOB (Self-Propelled Oil Barge) dari Terminal BBM Poso sejauh 108,7 mil laut dengan waktu tempuh normal 1 hari. Diresmikan sejak Desember 2017, konsumsi BBM di wilayah ini per bulan mencapai 75 kilo liter untuk Premium dan 15 kilo liter untuk Biosolar.
Bupati Tojo Una-Una, Muhammad Lahay mengatakan harga BBM di Kepulauan Wakai dan Togean sebelumnya dibeli masyarakat nelayan dengan harga bervariatif. SPBU terdekat berada di daratan Kota Ampana yang berjarak 2-3 jam menggunakan speed boat atau kapal cepat. Hal ini mengakibatkan harga BBM di wilayah tersebut sebelumnya rata-rata Rp 15.000/liter.
“Dengan hadirnya BBM Satu Harga di daerah kami, secara otomatis sangat membantu masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan,” ujar Muhammad Lahay.
BBM Satu Harga juga telah mendorong merdeka energi bagi warga di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara. Wilayah ini sempat viral pada beberapa tahun lalu dengan ojek termahal di dunia. Untuk ke Masamba, ibu kota Luwu Utara, penduduk Seko harus merogoh kocek Rp 1,5 juta untuk membayar ojek motor. Motor dipandang sebagai sarana transportasi yang paling mungkin digunakan karena kondisi jalan yang berlumpur dan sering longsor menyulitkan apabila mobil harus melaju di jalanan tersebut.
Distribusi BBM ke Seko dilakukan dengan mobil tangki sejauh total 187 KM dari Terminal BBM Palopo di Bua. Kondisi jalanan yang rusak mengakibatkan BBM harus dipindahkan ke dalam drum yang kemudian diangkut dengan pick up dan truk double gardan. Seringkali longsor dan jalanan berlumpur akibat hujan menunda waktu BBM tiba menjadi 4-6 hari, dari kondisi normal hanya sehari. Tak ayal awak transportir BBM sering menginap di jalan dan membawa bekal berlebih untuk mempersiapkan semua kemungkinan.
Sebelum ada SPBU BBM Satu Harga di Seko, SPBU terdekat terdapat di Sabbang dengan jarak 118 KM dari Seko, sehingga harga BBM bisa mencapai Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per liter. Sejak beroperasi pada Juni 2021, konsumsi BBM Satu Harga mencapai 20 KL untuk Premium dan 20 KL untuk Biosolar.
“Sekarang dengan adanya SPBU Satu Harga ini harganya Rp 6.450 per liternya. Kalau bio solar sebelum ada SPBU juga mahal, bisa sampai Rp 30.000, sekarang masyarakat kita di Seko bisa beli Rp5.150 saja per liter,” ujar Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani. (*)