Bontang– Calon Wali Kota Bontang, Sutomo Jabir, bersama calon Wakil Wali Kota Bontang, Nasrullah, mengungkapkan komitmennya untuk mendorong kemajuan Kota Bontang dalam acara titip Temu yang diselenggarakan oleh Lentera Muda Nusantara di Litter Cafe, Jumat (08/10/2024) malam.
Kedua calon ini menyampaikan visi dan gagasan mereka dalam menghadapi tantangan pembangunan daerah, khususnya dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang masih menjadi masalah utama di Bontang.
Sutomo Jabir mengawali pemaparannya dengan menekankan pentingnya peran anak muda dalam kepemimpinan masa depan. Menurutnya, semangat anak muda harus terus berkobar dan tidak boleh gentar untuk maju sebagai pemimpin. Sutomo menganggap Bontang membutuhkan energi, ide, dan gagasan baru untuk memajukan daerah ini, terlebih dalam mengatasi masalah-masalah sosial dan ekonomi yang ada.
“Saya maju sebagai calon wali kota karena saya yakin Bontang membutuhkan perubahan yang signifikan. Kami butuh energi baru, ide baru, dan tentu saja pemimpin yang mampu membawa Bontang menuju kemajuan yang lebih baik,” kata Sutomo.
Lebih lanjut, Sutomo menyebutkan bahwa meskipun Kota Bontang memiliki potensi besar, angka pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Untuk itu, ia mengusung visi menjadikan Bontang sebagai kawasan ekonomi berbasis industri yang mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Angka pengangguran dan kemiskinan di Bontang belum turun secara signifikan. Oleh karena itu, kami ingin mewujudkan Bontang sebagai pusat ekonomi berbasis industri yang dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat, khususnya pemuda,” ujar Sutomo Jabir
Senada dengan Sutomo, Nasrullah, calon wakil wali kota Bontang, mengungkapkan pentingnya pemberdayaan pemuda sebagai kunci untuk memajukan kota ini. Sebagai seorang pendidik, Nasrullah sangat berkomitmen untuk mengembangkan potensi para pemuda agar mereka dapat mandiri, sejahtera, dan menciptakan lapangan kerja.
“Sebagai pendidik, saya percaya bahwa pemuda adalah masa depan Bontang. Kami harus membantu mereka agar bisa lebih mandiri, lebih sejahtera, dan mampu menciptakan peluang kerja bagi diri mereka sendiri dan orang lain,” ungkap Nasrullah.
Nasrullah juga menyoroti tingginya angka kemiskinan ekstrim yang masih terjadi di Bontang, termasuk 46 Kepala Keluarga (KK) yang hidup dalam kondisi miskin. Ia juga menyoroti nasib nelayan yang masih menggunakan perahu tradisional dan dayung, sebuah gambaran dari keterbatasan fasilitas dan teknologi yang ada.
“Angka kemiskinan ekstrim masih mencatatkan 46 KK. Nelayan masih menggunakan perahu tradisional dengan dayung. Ini adalah cerminan betapa kita harus segera melakukan perubahan agar masyarakat kita bisa lebih sejahtera,” tambah Nasrullah.
Sutomo dan Nasrullah juga sepakat bahwa perubahan di Bontang harus dimulai dengan perubahan pola pikir masyarakat, terutama para pemuda. Mereka ingin membangun pondasi yang kuat bagi generasi muda agar berani maju dan mengambil peran sebagai pemimpin masa depan.
“Pemuda harus berani maju dan memimpin. Kami ingin memberikan uluran tangan kepada pemuda agar mereka bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja, berkembang, dan turut membangun Bontang,” jelas Nasrullah.